Kota kembali dirundung hujan. Aku harap pelangi datang setelahnya. Walau hanya sesaat, walau hanya sebentar, ia mampu menjadikan langit istimewa. Dan alam selalu adil membagi perasaan, yang jatuh harus tumbuh, yang pudar harus berwarna. Tapi, yang mengalah bukan berarti kalah.

Sunyi dan bunyi saling bersautan. Mengisi kekosongan saat diri butuh perhatian. Beruntung, sekedar mie instan dan film ditengah gemuruh mampu membuat hari menjadi cukup tenang. Aku dan Bintang tidak tengah bersaing, bahkan ia pun tidak tau menau tentang perasaanku. Aku hanya ingin menjaga hubungan ini agar terus berlanjut dan tidak perlu retak hanya karna perempuan. Aku yakin ia mampu membuat Zahra bahagia. Dan itu cukup menenangkan ku.

Ditengah hati yang sudah kembali mapan, ada saja kelakuan manusia. Ajakan pertemuan dari Zahra masuk melalui pesan WhatsApp milikku. Katanya, ada yang ingin disampaikan secara langsung dan harus menemuiku. Ia juga ingin mentraktir karena beberapa hari lalu Zahra baru saja memenangkan Perlombaan Cerdas Cermat. Iya, dia memang wanita yang cerdas.

Ajakan tersebut langsung kuterima tanpa berpikir panjang. Ku pikir, hanya sekedar bercerita, apa salahnya? Mendengarkan juga butuh keahlian. Aku rasa, tidak semua orang mampu menjadi pendengar yang baik. Kita harus benar-benar bisa mengerti apa yang dia rasakan dan bicarakan. Dan aku tidak ingin mengecewakan seseorang yang sudah memberikan kepercayaan kepadaku sebagai sosok pendengar.

Perasaan senang dan bingung bercampur menjadi sajian yang mampu menghentikan laju film, mengalahkan rasa nikmat dari mie instan yang menjadi favorit semua orang. Dasar kamu! Apa yang dia pikirkan? Tiba-tiba ajakan itu datang dengan mudah, seakan hati sedang baik-baik saja.