Menyikapi CORONA
Menyikapi masalah Corona dengan sudut pandang antropologi
Pada tulisan saya kali ini, saya ingin membahas sebuah permasalahan yang kita semua sedang Bersama-sama dalam menghadapi masalah tersebut. Saya mengajak kalian semua untuk Bersama-sama membahas masalah virus Covid-19 yang saat ini tengah melanda Indonesia. Namun, kali ini saya ingin membahas masalah Covid-19 dari sudut pandang yang berbeda yakni sudut pandang antropologi kebudayaan.
Berbicara mengenai kebudayaan, tentu dapat kita ambil sebuah definisi kebudayaan itu sendiri dengan pengertian budi atau akal. Saya melihat semenjak datangnya pandemic ini, banyak sekali masyarakat yang tidak menghiraukan himbauan dari pemerintah untuk bersama-sama memutuskan rantai penyebaran virus Covid-19 ini. Sebagai salah satu contohnya adalah masih banyaknya masyarakat yang keluar rumah dan masih banyak orang yang tidak menjaga jarak aman 1 hingga 2 meter dengan orang atau yang dikenal dengan nama physical distancing dan social distancing. Padahal himbauan ini telah disosialisasikan sebelumnya oleh pemerintah, baik melalui himbauan langsung melalui pemerintah itu sendiri melalui media sampai dengan Lembaga kepemerintahan terendah yang berada dekat dengan kita yaitu Rukun Tetangga.

Meskipun berbagai sosialisasi dan himbauan telah dilakukan oleh pemerintah, namun budi atau akal masyarakat Indonesia masih dibilang rendah dan kurang dapat memahami makna dari himbauan tersebut. Contohnya pada minggu pertama saat Indonesia menyatakan bahwa ada warganya yang terinfeksi virus corona, pemerintah meliburkan semua kegiatan baik bekerja maupun sekolah sementara untuk memutus rantai penyebaran vidur corona ini. Namun, banyak sekali warga yang memanfaatkan moment libur ini dengan liburan yang sesungguhnya yakni dengan berwisata ke pantai.

Padahal pemerintah meliburkan kegiatan sementara agar masyarakat untuk tetap dirumah dan tidak berpergian keluar rumah. Dalam dunia Pendidikan dapat kita rasakan bagaimana pemerintah melalui Kementerian terkait melakukan metode pembelajaran jarak jauh agar semua pelajar dapat belajar mulai dari bangku SD hingga bangku perkuliahan. Namun sama seperti yang lainnya, banyak pelajar yang memanfaatkan moment ini dengan liburan yang sesungguhnya tadi.
Dari contoh itu saja kita dapat memahami bahwasanya budaya masyrakat Indonesia masih minim akan pengetahuan. Pengetahuan yang sebagaimana dinyatakan oleh Koenjaraningrat adalah "Keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar."

Dari gagasan Koentjaraningrat tersebut dapat kita simpulkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia secara tidak sengaja sebenarnya mereka sedang belajar tentang kebudayaan di tengah pandemic yang saat ini tengah melanda Indonesia. Namun, banyak sekali masyarakat yang belum mematuhi himbauan maupun aturan dari pemerintah. Contohnya seperti menikah di tengah pandemic corona padahal sudah ada himbauan dari pemerintah untuk tidak menggelar perta pernikahan untuk sementara waktu. Mari sejenak kita menggunakan logika kita semua dalam menyikapi hal ini. Jika kita berada dirumah tentu kita akan aman dan tingkat kemungkinan kita akan terinfeksi tentu sangat kecil. Namun jika kita keluar rumah, sama saja kita menantang untuk bisa terinfeksi dengan mudahnya dan ada usaha untuk menganiaya diri kita sendiri. Di dalam Islam pun kita semua telah disiapkan bila terjadi wabah seperti ini. MUI pun telah menghimbau agar masyarakat Islam tetap berada di rumah dan tidak melakukan ibadah diluar rumah terlebih dahulu dan menikah merupakan salah satu bentuk ibadah juga bukan? Jika kita melakukan pernikahan di tengah wabah saat ini, menurut saya itu hanya mengikuti nafsu saja bukan cinta, mengapa demikian? Karena saya mengartikan cinta itu sendiri bukan hanya untuk pasangan yang saya cintai saja tetapu seharusnya kasih dan cinta harus diberikan juga kepada semua orang. Dalam Kristen juga diajarkan harus berjaga-jaga di tengah pandemic corona yang tengah melanda kita saat ini, hal itu tertuang dalam Markus 13:33-37.

Part 1
APRIL, 12 / 2020

Text author: Christian Alexander Hutagalung
Foto oleh : Kongres Kebudayaan

© All Rights Reserved. Ntertainment & Dzign
e-mail us: ntertainmentdzign@gmail.com | christianhutagalung.ch@gmail.com
This site was made on Tilda — a website builder that helps to create a website without any code
Create a website