Definisi dalam perspektif filsafat secara epistemologi
Logika Definisi sudah masuk ke tulisan keenam yang membahas kurang lebih beberapa pendoman membuat definisi. Membuat definisi ternyata tidak segampang itu, ingat membedakan orang pintar dengan tidak pintar itu dilihat dalam hal membuat definisi. Walaupun saya sempat terpikir ini adalah hal yang kurang kerjaan tapi akan sangat menarik jika saya membahas pola pikir manusia tentang mendefinsikan sesuatu.
Pedoman membuat definisi pertama adalah definisi tidak boleh lebih luas atau lebih sempit dari konotasi yang didefinsikan. Contoh definisi yang terlalu luas: misal kamu mendefinisikan negara "negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai peraturan-peraturan" sebenarnya ini tidak lah salah tapi alangkah baiknya lebih spesifik lagi karena organisasi masyarakat yang mempunyai peraturan itu banyak. RT dan RW saja punya aturan dan tidak bisa disebut negara. Contoh definisi yang terlalu sempit: missal kamu mendefinisikan kursi "kursi adalah tempat duduk yang terbuat dari kayu bersandaran dan berkaki" nah kalau ini terlalu spesifik karena tidak semua kursi terbuat dari kayu, bersandaran, maupun berkaki seperti sofa yang rata-rata tidak terbuat dari kayu dan tidak memiliki kakinya.
Ketika kamu mendefinisikan sesuatu jangan terlalu sempit tapi juga jangan terlalu luas karena itu yang membedakan definisi kamu pas atau tidaknya. Ketika kamu terlalu luas, kamu terlalu fokus ke jenisnya dan ketika kamu terlalu sempit, kamu terlalu fokus ke pembedanya. Jenis definisi yang cocok dengan pembahasan ini adalah definisi hakiki yang sudah saya bahas di tulisan keempat sebelumnya.
Pedoman membuat definisi kedua adalah jika mendefinisikan sesuatu tidak boleh menggunakan sesuatu yang didefinisikan. Definisi yang melanggar patokan ini disebut definisi serkuler, berputar atau tautologi. Contoh ketika kamu medefinisikan ilmu ekonomi "ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari ekonomi" di pernyataan ini yang menjadi kesalahan adalah pengulangan kata "ekonomi" tetapi terdapat pengulangan yang di perbolehkan. Kata "ilmu" di pernyataan tadi di perbolehkan karena sudah dianggap diketahui". Jadi mendefinisikan ilmu ekonomi yang tepat "ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam mencapai kemakmuran". Contoh lain "hukum waris adalah hukum yang mengatur pembagian harta kekayaan dari seseorang yang telah meninggal dunia". Kata "ekonomi" dan "waris" harus dijabarkan atau didefinisikan supaya tidak terjadi tautologi.
Pedoman membuat definisi ketiga adalah definisi boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan. Definisi yang melanggar patokan ini disebut definisi obscurum per obscurius atau menjelaskan sesuatu dengan keterangan yang justru tidak jelas. Lebih tepatnya kita lebih baik diam atau merasa tidak tau terhadap sesuatu yang memang kita tidak paham daripada sok-sokan menjelaskan sesuatu yang tidak kamu pahami agar keliatan lebih intelek yang pada akhirnya membuat sesuatu yang sudah jelas malah tambah tidak jelas.
Pedoman membuat definisi keempat adalah jangan menggunakan bahasa majas, kias, isyarat, dan macam lainnya karena dapat membuat orang yang dijelaskan menafsirkanya kemana-mana dan membuat sebuah pertanyaan baru. Contoh: ketika kamu mendefinisikan sedekah "sedekah adalah pembuka pintu surga" lalu saya berpikir "oh berarti orang mencuri untuk sedekah berarti bisa membuka pintu surga" lalu saya pun bertanya "lantas pintu surga itu kayak gimana ya?"
Pedoman membuat definisi kelima adalah membuat definisi sebaiknya tidak hanya dimengerti oleh para ahli saja. Contoh kamu definisi evolusi yang dikemukakan oleh Herbert Spencer "perubahan terus menerus dari homogenitas yang menentu dan serasi dalam susunan dan kegiatan melalui diferensiasi dan integrasi sambung-menyambung" sulit dipahami bukan? Ya mungkin ada beberapa yang langsung paham cuma saya sarankan untuk membuat definisi yang mudah dimengerti aja
Sebenarnya agak nanggung karena tinggal satu pembahasan lagi tentang pedoman membuat definisi tapi saya rasa cukup sampai disini dulu. Mungkin ditulisan ketujuh atau berikutnya kita akan membahas istilah-istilah definisi dan pembahasan istilah-istilah ini merupakan pembahasan yang terakhir dari seri Logika Definisi. Oke sekian dulu terimakasih sudah membaca…
Part 6
APRIL, 12 / 2020
Text author: Muhamfariz Mukhlistiqomah Foto oleh : Syd Wachs on Unsplash | Joshua Hoehne on Unsplash